memicu masalah. Kalau sedang tak dapat pekerjaan, untuk makan sehari-hari pun kami harus meminta dari orangtua. Tony juga mulai suka marah-marah.
Suatu hari di awal bulan Juli 2008, Tony mengajakku pergi ke kafe. Kupikir, mungkin suamiku sedang banyak rezeki. Apalagi kafe yang kami tuju tergolong cukup besar dan mewah. Dengan girang, aku pun tak menampik ajakannya. Di kafe itu terdapat banyak pondok-pondok yang rata-rata dipenuhi anak-anak yang seusia denganku.
Di dalam kafe kami bertemu dengan seorang wanita. Lantas, tiba-tiba wanita itu mengenalkan aku dengan Paiman, pria yang katanya seorang tentara. Saat itu aku sungguh heran, kenapa kok suamiku diam saja. Seharusnya pria yang melihat istrinya dikenalkan dengan pria lain, pasti marah dan tersinggung. Anehnya lagi, setelah itu aku malah ditinggal Tony.
Sungguh keterlaluan Tony! Aku panggil-panggil dia sok cuek saja. Sementara tanganku langsung digandeng oleh pria itu dan diajak pergi putar-putar Kota Lubuk Pakam, Deli Serdang. Walau Paiman berusaha baik dengan membelikanku baju dan makanan, aku sungguh ketakutan. Syukurlah tak lama Paiman mengantarku kembali ke Kafe. Saat itu Tony sudah menungguku untuk pulang. Walau hati ini mendidih rasanya, aku tak bisa berbuat apa-apa.
Keesokannya Tony memaksaku ke kafe lagi. Aku sudah mati-matian menolak, tapi Tony bilang aku harus mau agar kami bisa makan. Sakit hatiku mendengarnya. Tapi lagi-lagi, aku tak kuasa mengelak. Tiba di kafe, kami bertemu Paiman lagi.
Pria itu bilang ke Tony, "Ton, bisa istrimu dibawa lagi?" Spontan Tony menjawab, "Boleh, tapi mana duitnya dulu."
Lantas, uang Rp 50 ribu berpindah ke tangan Tony. Ya Tuhan, itu terjadi di depan mataku sendiri. Suami yang kubangga-banggakan tega menjualku. Apa yang terjadi selanjutnya, aku enggan menceritakan kembali.Begitulah, berulang kali aku dipaksa melayani pria-pria hidung belang, bahkan tak jarang mereka mencekokiku dengan minuman keras...
Keesokannya Tony memaksaku ke kafe lagi. Aku sudah mati-matian menolak, tapi Tony bilang aku harus mau agar kami bisa makan. Sakit hatiku mendengarnya. Tapi lagi-lagi, aku tak kuasa mengelak. Tiba di kafe, kami bertemu Paiman lagi.
Pria itu bilang ke Tony, "Ton, bisa istrimu dibawa lagi?" Spontan Tony menjawab, "Boleh, tapi mana duitnya dulu."
Lantas, uang Rp 50 ribu berpindah ke tangan Tony. Ya Tuhan, itu terjadi di depan mataku sendiri. Suami yang kubangga-banggakan tega menjualku. Apa yang terjadi selanjutnya, aku enggan menceritakan kembali.Begitulah, berulang kali aku dipaksa melayani pria-pria hidung belang, bahkan tak jarang mereka mencekokiku dengan minuman keras...
EmoticonEmoticon