
Setiap pulang dari kafe, aku menangis sepanjang jalan.
Akhirnya aku mulai lelah 'dikadali' Tony. Enak saja, aku yang menanggung derita, dia ongkang-ongkang kaki.
Aku pun mulai pasang strategi. Ketika aku dikenalkan dengan seorang pria, langsung kuminta uang duluan tanpa sepengetahuan Tony.
Setelah itu si pria kuajak ngobrol sebentar, lalu aku pamit pergi ke belakang.
Sampai di belakang aku bukannya balik menjumpai pria, tapi pulang ke rumah.
Begitu berulang kali.Rupanya aksiku itu membuat Tony naik pitam.
Sabtu (19/7) malam, saat sedang duduk-duduk di depan rumah ibuku tiba-tiba Tony muncul.
Ia langsung memukul dan menendangku hingga badanku babak belur.
Ibu yang tak terima mengajakku melapor ke polisi. Awalnya aku ragu. Ya namanya suami sendiri, manalah aku tega.
Namun, akhirnya kukuatkan hati. Di depan penyidik kubongkar semua perbuatan bejat Tony.
Ibu sampai syok mendengarnya. Tony dijebloskan ke penjara.
Kini, hidupku jauh lebih tenang rasanya. Aku kembali ke rumah ibu.
Sehari-hari kuhabiskan waktu membantu membuat batu bata di halaman rumah.
Ia langsung memukul dan menendangku hingga badanku babak belur.
Ibu yang tak terima mengajakku melapor ke polisi. Awalnya aku ragu. Ya namanya suami sendiri, manalah aku tega.
Namun, akhirnya kukuatkan hati. Di depan penyidik kubongkar semua perbuatan bejat Tony.
Ibu sampai syok mendengarnya. Tony dijebloskan ke penjara.
Kini, hidupku jauh lebih tenang rasanya. Aku kembali ke rumah ibu.
Sehari-hari kuhabiskan waktu membantu membuat batu bata di halaman rumah.
EmoticonEmoticon