Hari itu tepat tanggal 9 juni 2013 di kehamilan 40 minggu tiba-tiba keluar flek, aku buru buru ke klinik tapi dokter bilang tidak apa apa dan aku disuruh pulang lalu kembali ke klinik kalau kontraksi sudah per 5 menit sekal.
Tanggal 11 Juni 2013 jam 09.00 pagi mules sudah 5 menit sekali. Aku kembali ke klinik dan di cek ternyata masih pembukaan 1.
Konsultasi dengan dokter dan akhirnya menempuh jalan induksi. Jam 12.00 siang pecah ketuban, jam 15.00 aku sudah tidak tahan sakit luar biasa dan aku minta sesar saja.
Namun belum sempat disesar ternyata kepala Kevin sudah nongol. Aku disuruh mengejan, dan di tarikan nafas ke tiga Kevin Lahir.
Tapi, kenapa ia tidak menangis?...
Dokter dan bidan segera melakukan tindakan, mulut Kevin disedot, tubuhnya dibolak balik, sambil mereka menyuruhku untuk berdoa yang banyak.
Selama 45 menit yang selalu terpatri dalam otakku sampai sekarang, Kevin akhirnya pergi dengan kondisi tali pusat masih menyatu denganku, bundanya.
Aku? Menangis histeris sejadi- jadinya. Kevin dibungkus kain dan suster menyuruhku memeluknya. Aku peluk Kevin erat, tak kubiarkan suster mengambil Kevinku.
“Suster.!! Susteerrr minta baju..!! Anakku kedinginan..!!” teriakku
Semua orang yang datang ke klinik aku mintai tolong untuk mengambilkan baju untuk Kevin tapi mereka hanya menangis.
Aku menangis dan entah apa yang bisa aku katakan untuk melukiskan kesedihanku, aku benci mendengar suara tangis bayi di ruang bayi sebelahku. Jadi aku minta pulang saja ke rumah.
Aku masih belum bisa menerima kenyataan, otakku mulai menggila.
Kain gendongan bayi aku lilit lilit, aku pakaikan baju anak, aku gendong, setiap pagi aku jemur di depan rumah dan aku nyanyikan lagu anak anak. AKU BETUL BETUL JADI GILA KARENA KEHILANGAN INI.
Setiap aku mau tidur aku mengusir suamiku dan menaruh lilitan boneka di sampingku.
Sampai suatu saat...
“Suster.!! Susteerrr minta baju..!! Anakku kedinginan..!!” teriakku
Semua orang yang datang ke klinik aku mintai tolong untuk mengambilkan baju untuk Kevin tapi mereka hanya menangis.
Aku menangis dan entah apa yang bisa aku katakan untuk melukiskan kesedihanku, aku benci mendengar suara tangis bayi di ruang bayi sebelahku. Jadi aku minta pulang saja ke rumah.
Aku masih belum bisa menerima kenyataan, otakku mulai menggila.
Kain gendongan bayi aku lilit lilit, aku pakaikan baju anak, aku gendong, setiap pagi aku jemur di depan rumah dan aku nyanyikan lagu anak anak. AKU BETUL BETUL JADI GILA KARENA KEHILANGAN INI.
Setiap aku mau tidur aku mengusir suamiku dan menaruh lilitan boneka di sampingku.
Sampai suatu saat...
EmoticonEmoticon